Rabu, 08 Februari 2012

Menulis Sinopsis dengan baik dan benar sesuai aturan dalam Bahasa Indonesia

Bila Anda mengirim naskah novel ke penerbit, biasanya editor mereka meminta agar sinopsis ceritanya dilampirkan juga. Sayangnya, banyak penulis yang justru mengirim sinopsis yang isinya tidak sesuai harapan. Lebih parah lagi, mereka belum tahu apa yang dimaksud dengan sinopsis novel.


Sinopsis sebenarnya sama artinya dengan ringkasan. Jadi dengan kata lain, si editor meminta Anda untuk mengirim ringkasan cerita dari novel Anda.

Apa tujuannya?
Tentu saja agar si editor tahu, naskah novel Anda tersebut bercerita tentang apa, bagaimana struktur dan alur ceritanya, dan seterusnya.

Kenapa si editor harus mengetahui hal tersebut?
Sebab naskah novel berbeda dengan naskah nonfiksi. Kalau saya disuruh mempelajari dan menilai sebuah buku nonfiksi, insya Allah saya bisa mengerjakannya hanya dalam hitungan kurang dari 30 menit. Saya cukup membaca daftar isinya, lalu membaca seluruh isi naskah dengan metode fast reading. Beres dah! Sangat gampang.

Tapi novel benar-benar berbeda. Si editor tak akan bisa mempelajari dan menilai sebuah naskah novel hanya dengan membaca daftar isinya, atau dengan fast reading. Untuk menilai sebuah novel, apakah dia layak terbit atau tidak, si editor harus membacanya secara cermat dan teliti, kalimat demi kalimat, dari awal hingga akhir. Dan untuk membaca sebuah novel yang tebal dengan cara seperti itu, tentu dibutuhkan waktu yang cukup lama.

Tentu saja, para editor di mana-mana itu sangat sibuk. Mereka tak akan bersedia menghabiskan waktu untuk membaca novel kiriman Anda yang “belum jelas apakah nanti akan layak terbit atau tidak.”

Dalam hal inilah, sinopsis novel sangat dibutuhkan. Lewat ringkasan cerita setebal 1 atau 2 halaman inilah, si editor bisa menilai apakah sebuah naskah novel layak untuk dipelajari lebih lanjut atau tidak.

Dengan kata lain, sinopsis novel sangat bermanfaat bagi seorang editor agar dia bisa bekerja secara lebih efektif, tanpa harus menghabiskan banyak waktu untuk hal-hal yang tak penting.

Maksudnya gimana, nih? Apakah novel saya tidak penting?
Jangan tersinggung dulu, hehehe…. Begini:
Coba bayangkan situasi berikut:
  1. Si editor menerima naskah Anda, lalu dia membaca sinopsisnya selam 5 menit. Setelah itu, dia memutuskan naskah Anda belum layak terbit. Lalu naskah Anda dikembalikan.
  2. Si editor menerima naskah Anda, lalu dia membaca isi novelnya dari awal hingga akhir, dan ini memakan waktu 10 hari. Setelah itu, dia memutuskan naskah Anda belum layak terbit. Lalu naskah Anda dikembalikan.
(Catatan: Yang saya tulis di atas hanya contoh gambaran yang buruk, ya. Jadi jangan langsung keder atau khawatir. Sebab peluang naskah Anda untuk diterima atau layak terbit pun Insya Allah tetap besar. Tetap semangat!)
Nah, jika Anda yang jadi editor yang serba sibuk, hampir tak ada waktu luang, maka Anda memilih nomor berapa?

Tentu saja nomor 1. Sebab inilah cara terbaik dalam rangka efektivitas dan efisiensi waktu.
Kalau memilih nomor dua, tentu si editor telah “menyia-nyiakan waktunya selama 10 hari” untuk membaca sebuah naskah yang ternyata tidak layak terbit. Padahal si editor ini pasti super sibuk. Banyak pekerjaan lain yang sudah menanti. Naskah Anda hanya satu di antara ratusan naskah lain yang harus dia pelajari.

Jadi, singkat cerita, menulis sinopsis novel bagi seorang penulis sangatlah penting. Sebab sinopsis cerita novel SANGAT MEMBANTU tugas para editor!
Okelah kalau begitu. Tapi bagaimana format penulisan sinopsis novel?
Karena sinopsis adalah ringkasan, maka formatnya pun sederhana saja. Coba Anda tuliskan saja ISI CERITA novel Anda, dari awal hingga akhir. Gampang kan?

Yang patut diingat:
  1. Tulislah sinopsis novel Anda dengan bahasa yang lugas saja, to the point. Tak perlu pakai gaya bahasa yang berbunga-bunga, indah, mendayu-dayu, dan seterusnya. Pokoknya bahasa yang standar saja.
    .
  2. Anda tidak perlu memasukkan opini, pendapat, kesan pesan atau apapun ke dalam sinopsis novel Anda. Jadi Anda tak perlu repot-repot menulis seperti ini (contoh):
    “Ini adalah sebuah cerita yang sangat unik, belum pernah ditulis sebelumnya. Kisahnya sangat romantis, penuh kesan, inspiratif, bla.. bla.. bla….”
  3. Anda juga tidak perlu membuat kalimat-kalimat menggantung dan bikin penasaran, seperti ini:
  4. “Apakah Joko dan Dewi akhirnya bersatu dalam pernikahan? Simak jawabannya pada novel ini.”
.
Satu hal yang perlu kita sadari:
Sinopsis yang kita kirim kepada editor TIDAK SAMA dengan sinopsis yang biasanya dimuat di back cover sebuah novel yang sudah terbit. Kalau yang di back cover itu sih, tujuannya memang untuk marketing. Agar si calon pembeli penasaran, lalu segera membawa novel tersebut ke kasir :)
Karena itulah, pada sinopsis back cover, sangat wajar bila ada kalimat menggantung dan bikin penasaran seperti yang saya contohkan di atas.
Adapun sinopsis yang Anda kirim ke editor, itu bukan untuk tujuan marketing (sebab naskah Anda juga belum tentu diterbitkan, hehehe….), tapi semata-mata agar si editor tahu apa sebenarnya isi novel Anda, bagaimana alur ceritanya, dan seterusnya.
Karena itu, dalam menulis sinopsis novel, Anda tak perlu ragu-ragu menceritakan isi cerita naskah Anda DARI YANG PALING AWAL HINGGA YANG PALING AKHIR.
Anda tak perlu membuat si editor penasaran dengan menulis, “Bagaimana kelanjutan hubungan Dewi dan Joko? Simak terus isi novel ini.” Tak perlu seperti ini!
Silahkan tulis saja di sinopsis Anda secara blak-blakan, seperti ini misalnya:
“Setelah kejadian itu, hubungan Dewi dan Joko semakin akrab. Mereka pun akhirnya menikah dan hidup bahagia selamanya.”



Contoh Sinopsis Novel
Agar lebih jelas, berikut ini saya lampirkan contoh sebuah sinopsis novel, diambil dari sinopsis novel saya, “Cinta Tak Terlerai” yang diterbitkan oleh DAR! Mizan tahun 2005 lalu. Sekadar info, ini adalah sinopsis yang saya kirim ke editor Mizan. Dan sinopsis yang dimuat di back cover novel ini benar-benar berbeda. Karena keduanya memang berbeda, fungsinya pun berbeda.
Anda bisa melihat pada sinopsis di bawah ini, isinya murni ringkasan cerita. Tak ada opini, pendapat, kesan-pesan, dan seteterusnya. Saya juga menceritakan seluruh isi cerita dari awal hingga akhir, tak ada yang tersisa, tak ada bagian cerita yang ditutupi dengan tujuan untuk membuat penasaran.
Catatan:
(semoga ini penting buat Anda dalam menyusun sinopsis novel Anda)
  1. Pada novel “Cinta Tak Terlerai”, saya menggunakan format “juru cerita” seperti yang biasa digunakan oleh Seno Gumira Ajidarma pada cerpen-cerpennya. Saya merasa format ini penting untuk diceritakan, maka saya menjelaskannya di dalam sinopsis (lihat alinea pertama).
    .
    Jadi bila novel Anda memiliki konsep tertentu yang unik dan perlu dijelaskan kepada si editor, sebaiknya Anda menuliskannya di dalam sinopsis.
    .
  2. Terus terang, gaya penulisan novel saya ini banyak dipengaruhi oleh “Saman” karya Ayu Utami. Hm, bukan soal isi cerita dan muatannya ya, hehehehe.. (dari segi ini sih, saya tidak sepakat dengan beliau). Tapi yang saya tiru adalah gaya dan teknik berceritanya saja. Pada tiap bab, muncul tokoh yang berbeda-beda sebagai AKU. Misalnya pada bab I, yang menjadi “aku” adalah Reywina. Pada bab II, yang jadi aku adalah Rudi. Demikian seterusnya.
    .
    Nah, format seperti ini sempat membuat saya bingung, bagaimana cara yang tepat untuk menulis sinopsisnya. Harus dari sudut pandang tokoh yang mana?
    .
    Akhirnya, saya menulis sinopsis berdasarkan sudut pandang tokoh Andika saja. Dan hasilnya bisa Anda lihat di bawah ini.
    .
    INTINYA:
    Bila Anda mengalami kebingungan seperti yang dulu saya alami (mungkin karena alur cerita novel Anda cukup kompleks dan rumit misalnya), maka cobalah menulis sinopsis dengan cara yang membuat Anda merasa paling nyaman. Anda bisa meniru cara saya, yakni dengan menulis sinopsis berdasarkan sudut pandang salah seorang tokoh saja. Atau cara lain pun bisa, terserah Anda.
    .
    Yang penting: Anda merasa nyaman, dan isi sinopsis tetap bisa menggambarkan isi cerita novel Anda secara garis besarnya.
.
Oke, selamat menbaca contoh sinopsis di bawah ini. Semoga bermanfaat!
.
Sinopsis Novel “Cinta Tak Terlerai”
Karya Jonru
Kisah pada novel ini dituturkan dengan format “juru cerita”, yakni seorang tokoh misterius yang hadir pada prolog, bagian sebelas, dan epilog. Pada bagian 1 hingga 10, tokoh-tokoh utama pada novel ini (Andika, Rudi, Reywina dan Pramita) tampil bergantian sebagai tokoh “aku”.
Novel ini berkisah tentang Andika, seorang anak konglomerat yang kaya raya. Walau kaya, ia sangat kesepian dan merindukan kasih sayang serta kebahagiaan yang tak pernah ia dapatkan. Ia bersahabat dengan Rudi, seorang mahasiswa sederhana yang pintar bergaul, alim, baik hati, dan pintar berbisnis.
Sepanjang hidupnya, Andika selalu mencari kebahagiaan dari gadis-gadis yang dipacarinya. Tapi tak ada pacarnya yang bertahan lebih dari tiga bulan, karena ia cepat bosan dan merasa tak bisa menemukan kebahagiaan dari mereka. Ketika pacaran dengan Desyana, Andika merasa kebahagiaannya telah tiba, karena ia merasa sangat cocok dengan gadis itu. Tapi tragisnya, tiba-tiba Desyana pergi meninggalkannya.
Andika jadi trauma dan memutuskan untuk tidak pacaran lagi selama berbulan-bulan. Suatu hari di masa OPSPEK, dia dan Rudi berbisnis pemotretan di kampus. Di sana, tanpa sengaja Andika melihat foto Reywina. Foto itu dicurinya dan disimpannya di rumahnya.
Beberapa bulan kemudian, Andika dan Reywina jadi akrab. Reywina yang sebenarnya tidak gampang jatuh cinta, luluh hatinya karena kebaikan hati dan sikap Andika yang amat memanjakannya. Akhirnya, Reywina pun bersedia jadi pacar Andika.
Tapi justru pada saat seperti itu, Reywina tiba-tiba tahu bahwa Andika adalah orang yang dulu mencuri foto OPSPEK-nya. Itu membuatnya benci pada Andika. Hubungan mereka retak dan putus. Andika stress, meminta maaf pada Reywina. Tapi Reywina sudah tak peduli.
Andika kalut, merasa amat menyesal. Ia pun menculik Reywina dan menyekapnya di rumahnya. Untung saja Rudi datang sebagai pahlawan untuk menyelamatkan Reywina. Hal ini membuat Reywina kagum dan jatuh simpati pada Rudi. Di akhir cerita, Reywina dan Rudi pun menikah.
SELESAI.
.
* * *
Semoga Bermanfaat.
Terima Kasih, Salam Sukses untuk Anda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar