haii semuaa ^_^ .. Ini adalah cerpen aku dan teman-temanku.. : Aku, audy, Isty, Husna, Tesya, Nurul, ..
Kring, kring, kring .. Jam
wekerku berbunyi. Ku sambut pagi ini dengan ceria, Karena hari ini hari
pertamaku masuk SMP, mengikuti Masa Orientasi Sekolah (MOS). Hoam … “Selamat pagi dunia” .. Bergegas ku mandi,
dan segera bersiap-siap, dan menguncit rambutku
dengan 9 kunciran dan memakai pita putihku. Aku tak sabar lagi untuk pergi ke
sekolah.
“Pagi
ma”, kataku kepada mama yang sedang menyiapkan sarapan.
“Pagi
sayang, sini kita sarapan bersama-sama”. kata mama ku.
“Oke
ma”. ucapku sambil duduk di meja makan.
“Mama,
hari ini aku pergi ke sekolah naik sepeda ya” ucap ku.
“Iya,
tapi hati-hati ya” pinta mama.
“Oke
ma”. jelas ku.
Selesai sarapan, akupun langsung berjalan
ke garasi dan mengambil sepeda ku.
Perkenalkan nama ku Natasya
Goergemarine Aquelira, biasa di panggil Rara, aku seorang gadis berusia 13
tahun, berwajah manis, berkulit putih dan berambut pendek sebahu.
Aku adalah anak tunggal dari
pasangan Goerge Albert dan Marine Ayu Putri, ayah ku keturunan Belanda
sedangkan ibu ku keturunan Indo-Belanda. Kami tinggal di Perumahan Reiinvile. Okey,
perkenalan ku sampai di sini.
Aku sudah sampai di sekolah
baruku, segera aku parkirkan sepedaku di tempat parkir sepeda. Dan masuk ke
dalam sekolah.
Di lapangan sudah berkumpul
semua peserta MOS SMP Pelita Bangsa. Lalu tampak wajah galak kakak-kakak OSIS,
yang akan memimpin MOS ini. Lalu kelas MOS dibagi dan parahnya, kami disuruh
masuk ke kelas sambil berjalan jongkok. Huaahh….
Di kelas MOS Kelinci, aku
bertemu dengan seorang gadis cantik berkulit putih, beramput panjang
bergelombang, dan tinggi. Ku hampiri dia dan aku sapa. “Hai”, kataku kepadanya.
“Hai juga”, katanya. “Boleh kenalan nggak?”, ku mencoba bertanya kepadanya.
Setelah berkenalan dengannya,
ternyata ia bernama Gisella Neciada Wirandita, biasa dipanggil Sella, tinggal
di kompleks wira nusantara. Kami pun mulai akrab dan saling bertukar nomor
hape. Dia sangat lucu dan asyik diajak bicara.
Tidak terasa 3 hari Masa
Orientasi Sekolah sudah dilalui. Saatnya pembagian kelas, Yuhuu, saat-saat yang
kutunggu-tunggu. Jantungku berdebar saat menunggu namaku dipanggil dan kelas
yang akan aku tempati. Ternyata aku mendapat kelas VII F, yah menurutku itu
tidak terlalu buruk. Tak disangka, Sella juga sekelas denganku.
“Hai Sella, tak disangka ya,
ternyata kita sekelas”, kataku.
“Wah, iya nih, hehe …”.
Celetuknya.
“Untunglah kalau begitu, kita
bisa menjadi semakin akrab”, kataku
Di kelas, aku juga bertemu
seorang lelaki tampan, berperawakan periang, dan cool. Saat aku berjalan, dia
menabrakku hingga buku-buku yang aku bawa terjatuh.
“BRUK…”
“Oh maaf”, katanya.
“Iya tidak apa-apa”, kataku.
Aku segera memunguti semua
buku-bukuku yang terjatuh, dia pun membantuku mengambil bukuku. Setelah semua
terkumpul, dia membantuku berdiri dan kembali meminta maaf.
“Sekali lagi, maafkan aku
ya”, kata lelaki itu
“Iya, tidak apa-apa”, kataku
“Oh, ya kalau boleh tau siapa
nama kamu?”, dia bertanya kepadaku.
“Emm, namaku Rara, Natasya
Goergemarine Aquelira , kalau namamu ?”, ungkapku.
“Aku Redos Geofany Fransiskas,
panggil saja aku Edo”, katanya
“Oh Edo, salam kenal yah”,
kataku
“Ya, senang berkenalan
denganmu”, kata Lelaki tersebut
Kemudian Edo aku kenalkan
dengan Sella, Edo sepertinya tampak senang berkenalan dengan Sella, dapat
dilihat dari wajahnya yang senyum-senyum saat memperhatikan Sella. Syukurlah,
akhirnya aku mendapatkan sahabat baru disini.
Esok hari, di sekolah aku dan
Edo menunggu Sella di kelas.
“Ra, bolehkah aku bercerita
sesuatu ?”, Tanya Edo.
“Boleh saja Do, kita kan
sahabat”, kataku.
“Emm, aku suka dengan Sella”,
kata nya, seraya mengaku.
“Hoho, benarkah itu ? Wah,
rupanya diam-diam kau mengagumi Sella”, ledekku.
“Ya Ra, aku telah memiliki
perasaan padanya, sejak pertama kali kami berkenalan”, pengakuannya.
“Ahaha, Kamu nih do, suka kok
sama sahabat sendiri?”, candaku.
“Yah, cinta gak bisa ditebak
loh, bisa aja ntar kamu suka sama Reza si kutu buku itu, hahahaha”, candanya.
“Kamu nih, suka ngaco, bilang
yang bukan-bukan”, ungkapku.
“Hahaha just kidding Ra, Ra,
tolongin aku ya, tolong Tanya si Sella, dia suka gak sama aku, huhuhu, ku harap
perasaan gue sama dia gak bertepuk sebelah tangan”, katanya.
“Wahaha, iya deh, ntar aku
tanyain”, kataku.
“Hahaha thanks ya”, katanya.
Hari-hari kulalui dengan
bahagia, terutama karena sahabatku selalu ada untukku. Saat susah, maupun
senang. Tak terasa sudah hampir 3 tahun aku bersekolah di sana, lalu dikelas
kami kedatangan murid baru, Ia bernama Gheila Fredia Monica, Dipanggil Ila dan
tinggal di Perumahan Goyang Aren. Wajahnya cantik, dan berkulit sawo matang. Ia
duduk di belakang aku dan Sella. Aku pun menyapa nya dan mengajak nya
berkenalan.
“ Hai”, kata ku
“Hai juga”,kata nya
“Kamu pindahan dari mana ?”
“SMP 23 Nusa Jaya”
“Oh, salam kenal”,
kataku.
“Ya, salam kenal juga”,
katanya
Ila sering bergabung bersama
aku dan kedua sahabatku, Sella dan Edo. Ila juga sering bercerita tentang
dirinya padaku. Rupanya ia suka dengan Edo. Lalu kubilang padanya bahwa Edo
suka dengan Sella. Namun Ila tetap bersikukuh dengan perasaannya terhadap Edo,
kucoba menjelaskan bahwa Edo tidak suka dengan Ila, tetapi menyukai Sella.
Kemudian Ila meninggalkanku dengan wajah cemberut, sepertinya dia kesal. Aku
tidak bisa menolong Ila dalam hal ini, karena bagaimanapun juga aku tetap
mementingkan perasaan sahabatku, Edo.
Esok harinya di sekolah, Ila
datang dan langsung menuju ke meja Rara, pada saat itu memang sella belum
datang. Kedatangan Ila itu bermaksud untuk mengadu domba antara Rara dan Sella.
“Ra, kamu tau gakk??”
“Apaan???”
“Sella udah punya sahabat
baru”
“Ah, masa sih?? Ngaco ahh
kmu”
“Beneran Ra, dia bilang sama
aku kalau dia gak mau lagi sahabatan sama kamu”
“Tapi aku yakin, kalo Sella
nggak mungkin kayak gitu”
Terserah kamu deh, mau
percaya atau nggak sama aku, yang jelas aku udah kasih tau kamu”
Ila pun beranjak dan langsung
berlalu dari hadapan Rara
.
“Astaga, benarkah Sella
seperti itu??” ucap Rara dalam hati.
Dia
pun berpikir, mungkin apa yang di katakan dari Ila itu benar. Akhir-akhir ini
Sella memang tidak pernah lagi berkumpul bersama dia dan edo. Malahan Ila yang
sering berkumpul dengan mereka. Tapi aku tidak boleh berprasangka buruk dulu.
Mungkin saja dia punya masalah di rumah sehingga dia jadi ingin sendiri.
Berhari-hari berlalu Sella
tetap saja bersikap seperti itu, dia bahkan hampir tidak pernah lagi berkumpul
sama-sama lagi. Kecurigaan pun semakin memuncak. Bahkan saat dikelas pun, ia
jarang bicara, ia hanya berbicara ketika ada hal penting, aku mulai membenci
dia dan sifat nya yg sombong itu. Ia menjadi pendiam dan jarang berbicara.
Terlebih saat ku dekati, ia malah menjauhiku, ia seperti enggan kudekati. Malah
seperti jijik denganku. Dia selalu murung dan wajahnya terlihat pucat.
Keesokan hari nya aku dan Edo,
menghampiri nya, dan aku bertanya ke pada dia.
“Sell, kamu kenapa sih???
Kok, kamu mulai jarang kumpul-kumpul sama kami lagi”, tanyaku.
“Ngakk kenapa-kenapa kok,
Cuma lagi nggak mood aja”, ungkapnya.
“Oh, gitu. Kamu sombong ya
sekarang”, kuberanikan berkata kepadanya.
“Nggak kok, biasa aja”,
sambil melirik ke bawah.
“Kamu udah kayak ngenjauh
sama kami, emang salah kami apa???” ungkapku.
“Nggak ada salah apa-apa kok,
Cuma aku ingin sendiri aja”, katanya.
“kamu
emang udah keterlaluan, kami gak ada salah apa-apa kok kamu jauhin, tega banget
ya kamu, jadi kamu anggap apa
persahabatan kita selama ini, jahat kamu Sell”, kataku.
“Maafin
aku Ra”, katanya.
“Gak
ada kata maaf buat kamu, mulai sekarang jangan tegur aku lagi. Aku benci sama
kamu, lupain persahabatan kita, anggap aja kita gak pernah kenal !!”, ucapku
dengan ketus.
“Jahat
kamu Sell, aku kecewa sama kamu”, kata Edo.
Aku
dan Edo meninggalkan Sella yang menangis terisak, aku muak dengan semua omong
kosongnya. Air mata buaya !! Nyesal dah aku kenal sama orang kaya gitu, Biaran
aja dia nangis, dia emang pantes digituin, siapa suruh nyakitin hati aku sama
Edo, GUE NYESEL PUNYA SAHABAT KAYAK GITU !!
Lalu
esoknya aku menghampiri Ila, aku ingin mengatakan padanya bahwa apa yang
dikatakannya mengenai Sella memang benar. Pada saat aku ingin menghampirinya,
kulihat dia sedang berbicara dengan Edo.
“Maaf…….,
Ila, aku ngga bisa terima cinta kamu, karena aku engga suka sama kamu.”
“Tapi
Do, aku cinta banget sama kamu, pliss terima aku”.
“Sekali
lagi maaf ya il, aku gak suka sama kamu, aku cuma sayang sama Sella”
“Buat
apa sih kamu mikirin cewek penyakitan itu”
“Apa
? jadi selama ini dia sakit”
“Iya,
dia sakit kanker paru-paru, stadium 4, malah tuh cewek udah mau mampus”
“Gak
usah ngomong yang macem-macem deh, gue tampar lo”
“Terserah
lo deh, sekarang gue udah benci sama lo"
“Tega
banget kamu il, mulut kamu tuh jaga yah, gak nyangka, dibalik wajah kamu yang
cantik ternyata hati kamu busuk”
“Terserah
aku dong, bukan urusan kamu juga”
“Atau
jangan-jangan kamu yang udah fitnah
Sella”
“Iya,
kalo emang iya ? lo mau apa ? puas lo ?”
“Ya
ampun tega banget kamu, aku gak nyangka
kamu sekeji itu, kenapa kamu fitnah Sella ?”
“Karena
aku gak suka sama dia, gue benci sama dia, karena lo suka sama dia. Gara-gara
dia, lo jdi nyampakkin gue, jadi gue mau buat kalian benci sama dia”.
Lalu
aku pun segera menghampiri Ila dan Edo.
“Ila,
aku gak nyangka kamu mau hancurin persahabatan aku, Edo, sama Sella”, kataku
terisak
“Biarin
aja, rasain kalian, uda bikin hati gue ancur”
“Sumpah
gue nyesel udah percaya sama lo Il, gara-gara lo gue jadi bentak-bentak dia,
marah-marah sama dia, padahal dia gak berhak dapat perlakuan kayak gitu”.
Teriakku hingga satu kelas menoleh padaku.
Ku
berlari menuju taman sekolah, aku menangis, meratapi kebodohanku karena terlalu
mempercayai seseorang, yang belum terlalu kukenal. Tak ku sangka, Ila tega
berbuat hal sekejam ini, aku merasa bersalah karena udah bentak-bentak Sella.
Oh iya, aku harus minta maaf pada Sella sekarang juga.
Saat
aku kembali ke kelas, tak kulihat batang hidung Sella, ku Tanya pada semua
teman-teman, namun mereka berkata Sella belum datang. Aku semakin khawatir,
perasaan buruk menghantuiku, aku takut terjadi sesuatu pada Sella. Bel masuk
pun berbunyi. Teet.. Teet… Aku heran, tidak biasanya Sella terlambat. Lalu Bu
Hermi datang ke kelas kami.
“Anak-anak,
ibu mau memberitahukan kabar duka”, kata Bu Hermi
“Kabar
apa bu ?”, Tanya kami serentak
“Teman
kita Sella meninggal dunia tadi malam”, Bu Hermi mulai bercerita
Kelas
tampak riuh, semua penghuninya mulai heboh membicarakan berita ini. Aku
tersentak, tak percaya pada hal ini. Lalu aku berteriak sekeras yang aku bisa,
“TIDAK, TIDAK MUNGKIN,,, TIDAK MUNGKIN SELLA MENINGGAL !!”. Aku terisak,
teman-teman mulai datang menghiburku. Edo memelukku, meletakkan kepalaku di
bahunya, ia berusaha mengatakan inilah kenyaatan pahit yang harus dihadapi.
“Sudah
diam semua anak-anak !!”. Bu Hermi berteriak membuat kami kembali diam.
“Sekarang,
kita akan pergi ke Pemakaman, tempat Sella akan dimakamkan sekarang”,
kata bu Hermi.
Sekarang
kami tiba di tempat pemakaman Sella. Aku menangis saat melihat jasad Sella,
yang akan dibawa ke liang lahat. Aku menyesal karena belum sempat minta maaf
kepadanya, menyesal karena lebih percaya kepada perempuan bejat itu, dan malah
memaki sahabatku sendiri, sahabat yang selalu menemaniku saat suka dan duka.
Pemakaman
usai,
kini aku hanya dapat menyaksikan jasadnya yang tlah tertanam di bawah
batu nisan, ku mendekati makamnya. Perlahan ku belai nisan tersebut.
Kubaca
tulisan yang tertera, “RIP .. GISELLA NECIADA WIRANDITA – 11-12-2011.
Tak kuasa aku menahan butir-butir air mata yang akan jatuh membasahi
pipiku, dan tumpah begitu saja, kata demi kata yang kulontarkan
tak kan dapat membuatnya kembali, semuanya tlah terjadi, takkan ada lagi
kesempatan untukku, memperbaiki kesalahanku. Ku peluk nisan itu, sambil
terisak.
“Sel,
gue nyesel karena gak percaya sama lo, gue bego banget ya, lebih percaya sama
orang yang baru hadir di hidup gue, dan mengabaikan lo, kenapa lo gak bilang
dari awal kalo lo sakit ? kalo gak, gue gak bakal marahin lo Sel. LO KOK DIAM
AJA ? JAWAB GUE DONG SEL !!”, ku
berteriak sekeras-kerasnya.
Lalu
langit menurunkan jarum dinginnya, butirannya membasahi makam Sella, membasahi
kegersangan hati yang pilu, setitik demi setitik Kurasakan butirannya di
kepalaku. Aku pun terbaring, namun aku tak berhenti memeluk makam Sella. Edo
yang disampingku lalu berdiri, mengajakku pulang.
“Ra,
kita pulang sekarang yuk”, kata Edo.
“Gak
Do, gue mau disini sama Sella”, kataku.
“Gue
ngerti perasaan lo, tapi gue yakin, Sella pasti udah maafin lo, Malahan dia
pasti sedih, ngeliat lo terus dilanda rasa bersalah, kita pulang yuk”.
Ku
lepaskan jemariku dari nisan Sella, ku raba sejenak tanah makamnya, sembari
berkata, “Semoga kamu tenang dialam sana Sella, maafin aku karena udah nyakitin
kamu, Ku do’akan kau agar mendapat tempat terbaik disisi-Nya.
Ku
langkahkan kakiku menjauhi makam Sella, Ku tengadahkan wajahku, lalu melihat ke atas cakrawala, langit yang biru. Tampak
sekilas wajah Sella tersenyum, sungguh manis, ku balas senyumannya, ku yakin
dia bahagia di sana. Ku ingin dia kembali, namun ku tahu itu takkan mungkin.
Hanya penyesalan yang tertinggal kini, namun apa dayaku, semua takkan kembali. Ku
tak boleh terus berlarut dalam kesedihan, Ku hapus air mata yang mengalir di
wajahku, Kucoba berkata dalam hatiku, dan memahami hikmah dari semua ini, “TERIMA
KASIH SELLA, KAU TLAH MEMBERIKAN AKU SATU PERLAJARAN BERHARGA”.
~THE
END~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar