Rabu, 08 Februari 2012

Cerpen Lingkaran Hitam Persahabatan


  haii semuaa ^_^ .. Ini adalah  cerpen aku dan teman-temanku..  : Aku, audy, Isty, Husna, Tesya, Nurul, ..

 
Kring, kring, kring .. Jam wekerku berbunyi. Ku sambut pagi ini dengan ceria, Karena hari ini hari pertamaku masuk SMP, mengikuti Masa Orientasi Sekolah (MOS).  Hoam … “Selamat pagi dunia” .. Bergegas ku mandi, dan segera bersiap-siap,  dan menguncit rambutku dengan 9 kunciran dan memakai pita putihku. Aku tak sabar lagi untuk pergi ke sekolah.
       “Pagi ma”, kataku kepada mama yang sedang menyiapkan sarapan.
       “Pagi sayang, sini kita sarapan bersama-sama”. kata mama ku.
       “Oke ma”. ucapku sambil duduk di meja makan.
       “Mama, hari ini aku pergi ke sekolah naik sepeda ya” ucap ku.
       “Iya, tapi hati-hati ya” pinta mama.
       “Oke ma”. jelas ku.
Selesai sarapan, akupun langsung berjalan ke garasi dan mengambil sepeda ku.
Perkenalkan nama ku Natasya Goergemarine Aquelira, biasa di panggil Rara, aku seorang gadis berusia 13 tahun, berwajah manis, berkulit putih dan berambut pendek sebahu.
Aku adalah anak tunggal dari pasangan Goerge Albert dan Marine Ayu Putri, ayah ku keturunan Belanda sedangkan ibu ku keturunan Indo-Belanda. Kami tinggal di Perumahan Reiinvile. Okey, perkenalan ku sampai di sini.
Aku sudah sampai di sekolah baruku, segera aku parkirkan sepedaku di tempat parkir sepeda. Dan masuk ke dalam sekolah. 
Di lapangan sudah berkumpul semua peserta MOS SMP Pelita Bangsa. Lalu tampak wajah galak kakak-kakak OSIS, yang akan memimpin MOS ini. Lalu kelas MOS dibagi dan parahnya, kami disuruh masuk ke kelas sambil berjalan jongkok. Huaahh…. 
Di kelas MOS Kelinci, aku bertemu dengan seorang gadis cantik berkulit putih, beramput panjang bergelombang, dan tinggi. Ku hampiri dia dan aku sapa. “Hai”, kataku kepadanya. “Hai juga”, katanya. “Boleh kenalan nggak?”, ku mencoba bertanya kepadanya. 
Setelah berkenalan dengannya, ternyata ia bernama Gisella Neciada Wirandita, biasa dipanggil Sella, tinggal di kompleks wira nusantara. Kami pun mulai akrab dan saling bertukar nomor hape. Dia sangat lucu dan asyik diajak bicara.
Tidak terasa 3 hari Masa Orientasi Sekolah sudah dilalui. Saatnya pembagian kelas, Yuhuu, saat-saat yang kutunggu-tunggu. Jantungku berdebar saat menunggu namaku dipanggil dan kelas yang akan aku tempati. Ternyata aku mendapat kelas VII F, yah menurutku itu tidak terlalu buruk. Tak disangka, Sella juga sekelas denganku.
“Hai Sella, tak disangka ya, ternyata kita sekelas”, kataku.
“Wah, iya nih, hehe …”. Celetuknya.
“Untunglah kalau begitu, kita bisa menjadi semakin akrab”, kataku
Di kelas, aku juga bertemu seorang lelaki tampan, berperawakan periang, dan cool. Saat aku berjalan, dia menabrakku hingga buku-buku yang aku bawa terjatuh.
“BRUK…”
“Oh maaf”, katanya.
“Iya tidak apa-apa”, kataku.
Aku segera memunguti semua buku-bukuku yang terjatuh, dia pun membantuku mengambil bukuku. Setelah semua terkumpul, dia membantuku berdiri dan kembali meminta maaf.
“Sekali lagi, maafkan aku ya”, kata lelaki itu
“Iya, tidak apa-apa”, kataku
“Oh, ya kalau boleh tau siapa nama kamu?”, dia bertanya kepadaku.
“Emm, namaku Rara, Natasya Goergemarine Aquelira , kalau namamu ?”, ungkapku.
“Aku Redos Geofany Fransiskas, panggil saja aku Edo”, katanya
“Oh Edo, salam kenal yah”, kataku
“Ya, senang berkenalan denganmu”, kata Lelaki tersebut
Kemudian Edo aku kenalkan dengan Sella, Edo sepertinya tampak senang berkenalan dengan Sella, dapat dilihat dari wajahnya yang senyum-senyum saat memperhatikan Sella. Syukurlah, akhirnya aku mendapatkan sahabat baru disini.
Esok hari, di sekolah aku dan Edo menunggu Sella di kelas.
“Ra, bolehkah aku bercerita sesuatu ?”, Tanya Edo.
“Boleh saja Do, kita kan sahabat”, kataku.
“Emm, aku suka dengan Sella”, kata nya, seraya mengaku.
“Hoho, benarkah itu ? Wah, rupanya diam-diam kau mengagumi Sella”, ledekku.
“Ya Ra, aku telah memiliki perasaan padanya, sejak pertama kali kami berkenalan”, pengakuannya.
“Ahaha, Kamu nih do, suka kok sama sahabat sendiri?”, candaku. 
“Yah, cinta gak bisa ditebak loh, bisa aja ntar kamu suka sama Reza si kutu buku itu, hahahaha”, candanya.
“Kamu nih, suka ngaco, bilang yang bukan-bukan”, ungkapku.
“Hahaha just kidding Ra, Ra, tolongin aku ya, tolong Tanya si Sella, dia suka gak sama aku, huhuhu, ku harap perasaan gue sama dia gak bertepuk sebelah tangan”, katanya.
“Wahaha, iya deh, ntar aku tanyain”, kataku.
“Hahaha thanks ya”, katanya.
Hari-hari kulalui dengan bahagia, terutama karena sahabatku selalu ada untukku. Saat susah, maupun senang. Tak terasa sudah hampir 3 tahun aku bersekolah di sana, lalu dikelas kami kedatangan murid baru, Ia bernama Gheila Fredia Monica, Dipanggil Ila dan tinggal di Perumahan Goyang Aren. Wajahnya cantik, dan berkulit sawo matang. Ia duduk di belakang aku dan Sella. Aku pun menyapa nya dan mengajak nya berkenalan.
“ Hai”, kata ku
“Hai juga”,kata nya
“Kamu pindahan dari mana ?”
“SMP 23 Nusa Jaya”
“Oh, salam kenal”, kataku.
“Ya, salam kenal juga”, katanya
Ila sering bergabung bersama aku dan kedua sahabatku, Sella dan Edo. Ila juga sering bercerita tentang dirinya padaku. Rupanya ia suka dengan Edo. Lalu kubilang padanya bahwa Edo suka dengan Sella. Namun Ila tetap bersikukuh dengan perasaannya terhadap Edo, kucoba menjelaskan bahwa Edo tidak suka dengan Ila, tetapi menyukai Sella. Kemudian Ila meninggalkanku dengan wajah cemberut, sepertinya dia kesal. Aku tidak bisa menolong Ila dalam hal ini, karena bagaimanapun juga aku tetap mementingkan perasaan sahabatku, Edo.
Esok harinya di sekolah, Ila datang dan langsung menuju ke meja Rara, pada saat itu memang sella belum datang. Kedatangan Ila itu bermaksud untuk mengadu domba antara Rara dan Sella.
“Ra, kamu tau gakk??”
“Apaan???”
“Sella udah punya sahabat baru”
“Ah, masa sih?? Ngaco ahh kmu”
“Beneran Ra, dia bilang sama aku kalau dia gak mau lagi sahabatan sama kamu”
“Tapi aku yakin, kalo Sella nggak mungkin kayak gitu”
Terserah kamu deh, mau percaya atau nggak sama aku, yang jelas aku udah kasih tau kamu”
Ila pun beranjak dan langsung berlalu dari hadapan Rara
.
“Astaga, benarkah Sella seperti itu??” ucap Rara dalam hati.
       Dia pun berpikir, mungkin apa yang di katakan dari Ila itu benar. Akhir-akhir ini Sella memang tidak pernah lagi berkumpul bersama dia dan edo. Malahan Ila yang sering berkumpul dengan mereka. Tapi aku tidak boleh berprasangka buruk dulu. Mungkin saja dia punya masalah di rumah sehingga dia jadi ingin sendiri.
Berhari-hari berlalu Sella tetap saja bersikap seperti itu, dia bahkan hampir tidak pernah lagi berkumpul sama-sama lagi. Kecurigaan pun semakin memuncak. Bahkan saat dikelas pun, ia jarang bicara, ia hanya berbicara ketika ada hal penting, aku mulai membenci dia dan sifat nya yg sombong itu. Ia menjadi pendiam dan jarang berbicara. Terlebih saat ku dekati, ia malah menjauhiku, ia seperti enggan kudekati. Malah seperti jijik denganku. Dia selalu murung dan wajahnya terlihat pucat. 
Keesokan hari nya aku dan Edo, menghampiri nya, dan aku bertanya ke pada dia.
“Sell, kamu kenapa sih??? Kok, kamu mulai jarang kumpul-kumpul sama kami lagi”, tanyaku.
“Ngakk kenapa-kenapa kok, Cuma lagi nggak mood aja”, ungkapnya.
“Oh, gitu. Kamu sombong ya sekarang”, kuberanikan berkata kepadanya.
“Nggak kok, biasa aja”, sambil melirik ke bawah.
“Kamu udah kayak ngenjauh sama kami, emang salah kami apa???” ungkapku.
“Nggak ada salah apa-apa kok, Cuma aku ingin sendiri aja”, katanya.
       “kamu emang udah keterlaluan, kami gak ada salah apa-apa kok kamu jauhin, tega banget ya kamu, jadi kamu  anggap apa persahabatan kita selama ini, jahat kamu Sell”, kataku.
       “Maafin aku Ra”, katanya.
       “Gak ada kata maaf buat kamu, mulai sekarang jangan tegur aku lagi. Aku benci sama kamu, lupain persahabatan kita, anggap aja kita gak pernah kenal !!”, ucapku dengan ketus.
       “Jahat kamu Sell, aku kecewa sama kamu”, kata Edo.
       Aku dan Edo meninggalkan Sella yang menangis terisak, aku muak dengan semua omong kosongnya. Air mata buaya !! Nyesal dah aku kenal sama orang kaya gitu, Biaran aja dia nangis, dia emang pantes digituin, siapa suruh nyakitin hati aku sama Edo, GUE NYESEL PUNYA SAHABAT KAYAK GITU !!
       Lalu esoknya aku menghampiri Ila, aku ingin mengatakan padanya bahwa apa yang dikatakannya mengenai Sella memang benar. Pada saat aku ingin menghampirinya, kulihat dia sedang berbicara dengan Edo. 
       “Maaf……., Ila, aku ngga bisa terima cinta kamu, karena aku engga suka sama kamu.”
       “Tapi Do, aku cinta banget sama kamu, pliss terima aku”.
       “Sekali lagi maaf ya il, aku gak suka sama kamu, aku cuma sayang sama Sella”
       “Buat apa sih kamu mikirin cewek penyakitan itu”
       “Apa ? jadi selama ini dia sakit”
       “Iya, dia sakit kanker paru-paru, stadium 4, malah tuh cewek udah mau mampus”
       “Gak usah ngomong yang macem-macem deh, gue tampar lo”
       “Terserah lo deh, sekarang gue udah benci sama lo"
       “Tega banget kamu il, mulut kamu tuh jaga yah, gak nyangka, dibalik wajah kamu yang cantik ternyata hati kamu busuk”
       “Terserah aku dong, bukan urusan kamu juga”
       “Atau jangan-jangan kamu  yang udah fitnah Sella”
       “Iya, kalo emang iya ? lo mau apa ? puas lo ?”
       “Ya ampun  tega banget kamu, aku gak nyangka kamu sekeji itu, kenapa kamu fitnah Sella ?”
       “Karena aku gak suka sama dia, gue benci sama dia, karena lo suka sama dia. Gara-gara dia, lo jdi nyampakkin gue, jadi gue mau buat kalian benci sama dia”.
       Lalu aku pun segera menghampiri Ila dan Edo.
       “Ila, aku gak nyangka kamu mau hancurin persahabatan aku, Edo, sama Sella”, kataku terisak
       “Biarin aja, rasain kalian, uda bikin hati gue ancur”
       “Sumpah gue nyesel udah percaya sama lo Il, gara-gara lo gue jadi bentak-bentak dia, marah-marah sama dia, padahal dia gak berhak dapat perlakuan kayak gitu”. Teriakku hingga satu kelas menoleh padaku.
       Ku berlari menuju taman sekolah, aku menangis, meratapi kebodohanku karena terlalu mempercayai seseorang, yang belum terlalu kukenal. Tak ku sangka, Ila tega berbuat hal sekejam ini, aku merasa bersalah karena udah bentak-bentak Sella. Oh iya, aku harus minta maaf pada Sella sekarang juga.
       Saat aku kembali ke kelas, tak kulihat batang hidung Sella, ku Tanya pada semua teman-teman, namun mereka berkata Sella belum datang. Aku semakin khawatir, perasaan buruk menghantuiku, aku takut terjadi sesuatu pada Sella. Bel masuk pun berbunyi. Teet.. Teet… Aku heran, tidak biasanya Sella terlambat. Lalu Bu Hermi datang ke kelas kami.
       “Anak-anak, ibu mau memberitahukan kabar duka”, kata Bu Hermi
       “Kabar apa bu ?”, Tanya kami serentak
       “Teman kita Sella meninggal dunia tadi malam”, Bu Hermi mulai bercerita
       Kelas tampak riuh, semua penghuninya mulai heboh membicarakan berita ini. Aku tersentak, tak percaya pada hal ini. Lalu aku berteriak sekeras yang aku bisa, “TIDAK, TIDAK MUNGKIN,,, TIDAK MUNGKIN SELLA MENINGGAL !!”. Aku terisak, teman-teman mulai datang menghiburku. Edo memelukku, meletakkan kepalaku di bahunya, ia berusaha mengatakan inilah kenyaatan pahit yang harus dihadapi.
       “Sudah diam semua anak-anak !!”. Bu Hermi berteriak membuat kami kembali diam.
       “Sekarang, kita akan pergi ke Pemakaman, tempat Sella akan dimakamkan sekarang”, kata bu Hermi.
       Sekarang kami tiba di tempat pemakaman Sella. Aku menangis saat melihat jasad Sella, yang akan dibawa ke liang lahat. Aku menyesal karena belum sempat minta maaf kepadanya, menyesal karena lebih percaya kepada perempuan bejat itu, dan malah memaki sahabatku sendiri, sahabat yang selalu menemaniku saat suka dan duka. 
       Pemakaman usai, kini aku hanya dapat menyaksikan jasadnya yang tlah tertanam di bawah batu nisan, ku mendekati makamnya. Perlahan ku belai nisan tersebut. Kubaca tulisan yang tertera, “RIP .. GISELLA NECIADA WIRANDITA – 11-12-2011. Tak kuasa aku menahan butir-butir air mata yang akan jatuh membasahi pipiku, dan tumpah begitu saja, kata demi kata yang kulontarkan tak kan dapat membuatnya kembali, semuanya tlah terjadi, takkan ada lagi kesempatan untukku, memperbaiki kesalahanku. Ku peluk nisan itu, sambil terisak.
       “Sel, gue nyesel karena gak percaya sama lo, gue bego banget ya, lebih percaya sama orang yang baru hadir di hidup gue, dan mengabaikan lo, kenapa lo gak bilang dari awal kalo lo sakit ? kalo gak, gue gak bakal marahin lo Sel. LO KOK DIAM AJA ? JAWAB GUE DONG SEL !!”,  ku berteriak sekeras-kerasnya.
       Lalu langit menurunkan jarum dinginnya, butirannya membasahi makam Sella, membasahi kegersangan hati yang pilu, setitik demi setitik Kurasakan butirannya di kepalaku. Aku pun terbaring, namun aku tak berhenti memeluk makam Sella. Edo yang disampingku lalu berdiri, mengajakku pulang.
       “Ra, kita pulang sekarang yuk”, kata Edo.
       “Gak Do, gue mau disini sama Sella”, kataku.
       “Gue ngerti perasaan lo, tapi gue yakin, Sella pasti udah maafin lo, Malahan dia pasti sedih, ngeliat lo terus dilanda rasa bersalah, kita pulang yuk”.
       Ku lepaskan jemariku dari nisan Sella, ku raba sejenak tanah makamnya, sembari berkata, “Semoga kamu tenang dialam sana Sella, maafin aku karena udah nyakitin kamu, Ku do’akan kau agar mendapat tempat terbaik disisi-Nya.
       Ku langkahkan kakiku menjauhi makam Sella, Ku tengadahkan wajahku, lalu melihat  ke atas cakrawala, langit yang biru. Tampak sekilas wajah Sella tersenyum, sungguh manis, ku balas senyumannya, ku yakin dia bahagia di sana. Ku ingin dia kembali, namun ku tahu itu takkan mungkin. Hanya penyesalan yang tertinggal kini, namun apa dayaku, semua takkan kembali. Ku tak boleh terus berlarut dalam kesedihan, Ku hapus air mata yang mengalir di wajahku, Kucoba berkata dalam hatiku, dan memahami hikmah dari semua ini, “TERIMA KASIH SELLA, KAU TLAH MEMBERIKAN AKU SATU PERLAJARAN BERHARGA”. 
~THE END~
       Pelajaran berharga : Jangan terlalu percaya dengan apa yang baru kau ketahui, tanpa bukti. Jangan pernah lontarkan kata kasar, kepada seseorang, apalagi sahabatmu, dan jangan percaya terhadap apa yang ada di depanmu, tengoklah sejenak ke belakang, atau kau akan menyesal di kemudian hari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar