Sabtu, 18 Februari 2012

Bahayanya Timbal (Pb) dalam kehidupan

Bahaya Timbal bagi Kesehatan


A. Pengertian Timbal
Timbal  atau  dikenal  sebagai  logam  Pb  dalam  susunan  unsure  merupakan  logam  berat  yang  terdapat  secara  alami  di  dalam  kerak  bumi  dan  tersebar  ke alam  dalam  jumlah  kecil  melalui  proses alami.  Apabila  timbal  terhirup atau  tertelan  oleh  manusia  dan di  dalam tubuh,  ia akan beredar  mengikuti  aliran  darah,  diserap  kembali  di  dalam ginjal  dan  otak,  dan disimpan di dalam tulang dan gigi.
Manusia menyerap  timbal  melalui  udara,  debu, air  dan  makanan. Salah  satu  penyebab  kehadiran  timbale  adalah  pencemaran  udara.  Yaitu  akibat  kegiatan  transportasi  darat  yang  menghasilkan  bahan  pencemar  seperti gas CO3,  NOx,  hidrokarbon,  SO2,dan  tetraethyl lead,  yang  merupakan  bahan  logam  timah  hitam (timbal)  yang ditambahkan  ke  dalam  bahan  bakar  berkualitas  rendah  untuk  menurunkan  nilai oktan.
Sumber pencemaran timbal
Timbal di udara terutama berasal  dari  penggunaan  bahan  bakar  bertimbal  yang  dalam pembakarannya  melepaskan  timbal  oksida  berbentuk  debu/partikulat  yang  dapat  terhirup  oleh  manusia.  Mobil  berbahan  bakar  yang  mengandung  timbale  melepaskan 95 persen  timbale  yang  mencemari  udara di negara berkembang. Sedangkan dalam air minum, timbal dapat berasal dari  kontaminasi  pipa, solder dan kran air.
Kandungan timbal dalam air sebesar  15mg/l  dianggap sebagai konsentrasi yang aman untuk dikonsumsi. Dalam makanan, timbal  berasal  dari  kontaminasi  kaleng  makanan  dan  minuman  dan solder  yang  bertimbal. Kandungan  timbale  yang  tinggi ditemukan dalam  sayuran  terutama  sayuran  hijau.
B. Dampak dari timbal
KERACUNAN TIMBAL
Manusia  senantiasa  dapat  terpapar  logam  berat di lingkungan  kehidupannya  sehari- hari. Dilingkungan yang  kadar  logam  beratnya cukup  tinggi,  kontaminasi dalam makanan, air dan  udara  dapat  menyebabkan  keracunan.
Timbal (plumbum /Pb ) atau  timah  hitam  adalah  satu  unsure  logam  berat  yang  lebih tersebar  luas  dibanding  kebanyakan  logam  toksik  lainnya. Kadarnya  dalam  lingkungan  meningkat  karena  penambangan,  peleburan  dan  berbagai  penggunaannya  dalam  industri.  Timbal  berupa  serbuk  berwarna  abu-abu  gelap  digunakan  antara  lain  sebagai  bahan  produksi  baterai  dan  amunisi,  komponen  pembuatan  cat ,  pabrik tetraethyl  lead,  pelindung  radiasi, lapisan  pipa,  pembungkus  kabel,  gelas  keramik,  barang-barang  elektronik,  tube atau container,  juga dalam  proses  mematri.  Keracunan dapat  berasal  dari  timbal  dalam  mainan, debu  ditempat  latihan  menembak,  pipa ledeng, pigmen  pada cat, abu  dan  asap dari  pembakaran  kayu  yang  dicat,  limbah  tukang  emas, industry  rumah, baterai  dan  percetakan. Makanan dan  minuman  yang bersifat  asam  seperti  air tomat,  air buah  apel  dan  asinan  dapat  melarutkan  timbal   yang  terdapat  pada  lapisan  mangkuk  dan  panci. Sehingga makanan atau minuman yang terkontaminasi  ini dapat  menimbulkan  keracunan.  Bagi  kebanyakan  orang, sumber utama  asupan Pb adalah  makanan  yang  biasanya  menyumbang 100 – 300 ug  per hari Timbal  dapat  masuk  kedalam  tubuh  manusia melalui  pernafasan, pemaparan  maupun saluran  pencernaan. Lebih kurang 90 % partikel timbale dalam asap atau debu halus di udara dihisap melalui saluran pernafasan.
Penyerapan di usus mencapai 5 – 15 % pada orang dewasa. Pada anakanak lebih tinggi yaitu 40 % dan akan menjadi lebih tinggi lagi apabila si anak kekurangan kalsium, zat besi dan zinc dalam tubuhnya. Laporan yang dikeluarkan Poison Center Amerika Serikat menyatakan anak-anak merupakan korban utama ketoksikan timbal; dengan 49 % dari kasus yang dilaporkan terjadi pada anak-anak berusia kurang dari 6 tahun. Yang lebih menghawatirkan adalah efeknya terhadap kecerdasan (IQ) anak – anak, sehingga menurunkan prestasi belajar mereka, walaupun kadar timbal di dalam darah mereka tidak dianggap toksik.
Timbal (Plumbum) beracun baik dalam bentuk logam maupun garamnya. Garamnya yang beracun adalah : timbal karbonat ( timbal putih ); timbale tetraoksida ( timbal merah ); timbal monoksida; timbal sulfida; timbale asetat ( merupakan penyebab keracunan yang paling sering terjadi ). Ada beberapa bentuk keracunan timbal, yaitu keracunan akut, subakut dan kronis. Nilai ambang toksisitas timbal ( total limit values atau TLV ) adalah 0,2 miligram/m3 .

Keracunan akut
Keracunan timbal akut jarang terjadi. Keracunan timbal akut secara tidak sengaja yang pernah terjadi adalah karena timbal asetat. Gejala keracunan akut mulai timbul 30 menit setelah meminum racun. Berat ringannya gejala yang timbul tergantung pada dosisnya. Keracunan biasanya terjadi karena masuknya senyawa timbal yang larut dalam asam atau inhalasi uap timbal. Efek adstringen menimbulkan rasa haus dan rasa logam disertai rasa terbakar pada mulut. Gejala lain yang sering muncul ialah mual, muntah dengan muntahan yang berwarna putih seperti susu karena Pb Chlorida dan rasa sakit perut yang hebat. Lidah berlapis dan nafas mengeluarkan bau yang menyengat. Pada gusi terdapat garis biru yang merupakan hasil dekomposisi protein karena bereaksi dengan gas Hidrogn Sulfida. Tinja penderita berwarna hitam karena mengandung Pb Sulfida, dapat disertai diare atau konstipasi. Sistem syaraf pusat juga dipengaruhi, dapat ditemukan gejala ringan berupa kebas dan vertigo. Gejala yang berat mencakup paralysis beberapa kelompok otot sehingga menyebabkan pergelangan tangan terkulai ( wrist drop ) dan pergelangan kaki terkulai (foot drop).
Keracunan subakut
Keracunan sub akut terjadi bila seseorang berulang kali terpapar racun dalam dosis kecil, misalnya timbal asetat yang menyebabkan gejala-gejala pada sistem syaraf yang lebih menonjol, seperti rasa kebas, kaku otot, vertigo dan paralisis flaksid pada tungkai. Keadaan ini kemudian akan diikuti dengan kejang-kejang dan koma. Gejala umum meliputi penampilan yang gelisah, lemas dan depresi. Penderita sering mengalami gangguan system pencernaan, pengeluaran urin sangat sedikit, berwarna merah. Dosis fatal : 20 – 30 gram. Periode fatal : 1-3 hari.
Keracunan kronis
Keracunan timbal dalam bentuk kronis lebih sering terjadi dibandingkan keracunan akut. Keracunan timbal kronis lebih sering dialami para pekerja yang terpapar timbal dalam bentuk garam pada berbagai industri, karena itu keracunan ini dianggap sebagai penyakit industri. seperti penyusun huruf pada percetakan, pengatur komposisi media cetak, pembuat huruf mesin cetak, pabrik cat yang menggunakan timbal, petugas pemasang pipa gas. Bahaya dan resiko pekerjaan itu ditandai dengan TLV 0,15 mikrogram/m3 , atau 0,007 mikrogram/m3 bila sebagai aerosol. Keracunan kronis juga dapat terjadi pada orang yang minum air yang dialirkan melalui pipa timbal, juga pada orang yang mempunyai kebiasaan menyimpan Ghee (sejenis makanan di India) dalam bungkusan timbal.
Keracunan kronis dapat mempengaruhi system syaraf dan ginjal, sehingga menyebabkan anemia dan kolik, mempengaruhi fertilitas, menghambat pertumbuhan janin atau memberikan efek kumulatif yang dapat muncul kemudian.
Gejala gejala
Secara umum gejala keracunan timbal terlihat pada system pencernaan berupa muntah – muntah, nyeri kolik abdomen, rasa logam dan garis biru pada gusi, konstipasi kronis. Pada sistem syaraf pusat berupa kelumpuhan ( wrist drop, foot drop, biasanya terdapat pada pria dewasa). Sistem sensoris hanya sedikit mengalami gangguan, sedangkan ensefalopati sering ditemukan pada anak-anak. Gejala keracunan ini pada sistem jantung dan peredaran darah berupa anemia, basofilia pungtata, retikulosis, berkurangnya trombosit dan sel polimorfonuklear, hipertensi dan nefritis, artralgia ( rasa nyeri pada sendi ). Gejala pada bagian kandungan dan kebidanan berupa gangguan menstruasi, bahkan dapat terjadi abortus. Diagnosis dapat dilakukan melalui pemeriksaan urine (jumlah koproporfirin III meningkat ). Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan yang paling dianjurkan sebagai screening test pada keracunan timbal. Kadar timbal dalam urin juga bisa membantu menegakkan diagnosis, ketika kadarnya diatas 0,2 mikrogram /liter, dianggap sudah cukup bermakna untuk diagnosis keracunan timbal.
Pemeriksaan sinar-x pada anak-anak untuk melihat garis yang radio-opak pada metafisis tulang-tulang panjang bisa digunakan untuk menegakkan diagnosis keracunan timbal.
C. Penanggulangan Keracunan Timbal
Pertolongan pertama
Jika menemukan gejala-gejala keracunan timbal, masyarakat dapat memberi pertolongan pertama untuk sedapat mungkin menekan risiko dan dampaknya pada penderita. Untuk keracunan akut melalui saluran pencernaan misalnya, pasien sebaiknya segera dipindahkan agar tidak terpapar lagi dengan timbal. Bilas mulutnya dan berikan rangsangan untuk muntah ( untuk penderita yang sadar). Rujuklah segera ke bagian perawatan medis.

Kasus-kasus keracunan kronis dapat ditekan dengan berbagai cara dengan merujuk factor-faktor yang memungkinkan terjadinya keracunan tersebut
. Misalnya, mengurangi kadar timbal dalam bensin untuk mengurangi pemaparan timbal melalui pernafasan. Dengan demikian dapat diharapkan terjadi penurunan kadar timbal dalam darah manusia. Keracunan yang biasa terjadi karena tumpahan timbal di lingkungan industri – industri besar dapat dihindari dengan membersihkan tumpahan
dengan hati-hati ( untuk tumpahan sedikit), atau dilakukan secara landfills (untuk tumpahan yang banyak ).
Upaya pencegahan
Berbagai upaya dan tindakan pengamanan perlu dilakukan dalam rangka mencegah dan mengurangi pencemaran Pb, baik yang berasal dari hasil pembakaran mesin mobil/motor maupun hasil industri atau dari makanan/minuman yang tercemar Pb. Upaya-upaya tersebut di antaranya adalah :
1. Melalui tes medis (misal tes kandungan Pb dalam darah), terutama bagi seseorang/pekerja yang terpapar Pb.
2. Selalu mewaspadai terhadap pencemaran Pb dengan menghindari atau tidak berada lama di tempat-tempat yang udaranya terkena polusi gas buangan kendaraan maupun industri, khususnya bagi anak-anak dan ibu hamil.
3. Mengontrol lingkungan sebagai tempat beradanya unsur Pb bebas di udara, dan penggunaan bensin tanpa Pb merupakan salah satu alternatif yang perlu segera direalisasikan.
4. Memberikan informasi/penyuluhan tentang bahaya cemaran Pb terhadap kesehatan kepada para pedagang makanan/minuman jajanan dan harus selalu dalam keadaan tertutup rapat pada produk dagangannya.
5. Menghindari penggunaan peralatan-peralatan dapur atau tempat makanan/minuman yang diduga mengandung Pb (misalnya keramik berglasur, wadah yang dipatri atau mengandung cat, dan lain-lain).
6. Pemantauan terhadap kadar Pb di udara maupun dalam makanan/minuman secara berkesinambungan, dengan melibatkan instansi yang terkait dan suatu lembaga-lembaga penelitian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar